Sabtu, 06 Agustus 2011
Gambaran Pengetahuan Kader tentang Desa Siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Sulystiorini, 2010).
Untuk mencapai hal ini maka pemerintah melalui Departemen Kesehatan menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu “Indonesia sehat 2010-2015 yang ingin dicapai adalah masyarakat yang mandiri dan berkeadilan”. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemeratan sumber daya kesehatan, serta menciptakan tata kelolah pemerintahan yang baik (Depkes RI, 2010).
Melalui misi ini dicanangkan bahwa pada masa depan, rakyat Indonesia dapat mandiri, sadar, mau dan mampu mencegah serta mengatasi ancaman kesehatan seperti kurang gizi, penyakit menular, penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong-royong (Depkes RI, 2008).
Sebagai suatu strategi Departemen Kesehatan maka desa siaga merupakan upaya untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap monitoring dan informasi kesehatan dan meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Desa siaga adalah desa, negeri, atau wilayah sejenis yang penduduknya memiliki kesiapan daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Depkes RI, 2008).
Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu hidup sehat. Untuk menuju desa siaga perlu sinergitas dengan upaya-upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang sudah ada seperti Posyandu, Polindes, pos obat desa, dana sehat, siap antar jaga kesehatan ibu dan anak (Siaga KIA) dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan desa siaga. Pengembangan desa siaga merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan (Depkes RI, 2009).
Kinerja kader dalam penampilan hasil kerja personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Kinerja pada desa siaga dapat dihubungkan dengan beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan serta pengalaman dari personal masing-masing (Anwar, 2003).
Pengembangan desa siaga ini diharapkan dapat meningkatkan indikator derajat kesehatan yang cenderung menurun sebagai akibat kompleksnya persoalan dalam bidang kesehatan terutama indikator kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Oleh karenanya maka pada tanggal 16 Desember 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan dikembangkannya desa siaga di seluruh Indonesia di Lumajang Jawa Timur menandai puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-42. Diharapkan program ini dilaksanakan oleh semua pemerintah di daerah Indonesia sehingga bisa tercapai target 70.000 desa siaga pada akhir 2008 di seluruh Indonesia (Widyasati, 2008).
Untuk mencapai keberhasilan program Desa Siaga tersebut mutlak diperlukan peran serta aktif dari masyarakat terutama kader kesehatan, karena inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Zulkifli, 2010).
Untuk menindak lanjuti program ini maka pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan telah mencanangkan program desa siaga ini sejak 2008 dan untuk Wilayah Makassar (Depkes, RI 2009).
Dalam melakukan pengolahan desa siaga, ada kader yang turut serta membantu dalam pengolahan desa siaga ini. Kader adalah masyarakat yang terpilih yang dapat membantu kinerja dari bidan desa dalm menjalankan kegiatan dari desa siaga untuk mencapai tujuan dari desa siaga yang ingin dicapai.
Dalam membangun desa siaga yang pruduktif diperlukan adanya kader. Kader adalah masyarakat yang dipilih pemerintah pada suatu desa untuk membantu kerja bidan dalam menjalankan tugas-tugas dari bidan serta menjalankan program-program pemerintahan (Zulkifli, 2010).
Untuk mengevaluasi program desa siaga ini maka Dinas Kesehatan Makassar lalu menyusun ulang perencanaan sesuai edaran dan petujuk dari Propinsi dengan memindahkan leading program desa siaga pada seksi Promosi Kesehatan namun tetap kerja sama dengan KIA. Tindak lanjutnya di Kelurahan Masale lalu dibentuk desa siaga pada 4 desa/ kelurahan (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Kader tentang Desa Siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011”
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang pengertian desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang tujuan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
3. Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang kegiatan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
4. Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang pembiayaan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang pengertian desa siaga.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang tujuan desa siaga.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang kegiatan desa siaga.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang pembiayaan desa siaga.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi institusi dalam pengembangan proses belajar mengajar.
2. Institusi Tempat Penelitian
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Kota Makassar.
b. Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan.
3. Penulis
Merupakan pengalaman yang bermanfaat dan memperluas pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan untuk penulisan Proposal Penelitian.
Download KTI
Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Anak Usia Balita di Posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular, terutama pneumonia, malaria dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (Hidayat A.A, 2010).
Masa anak merupakan dasar pembentukan fisik dan kepribadian pada masa berikutnya. Dengan kata lain masa anak – anak merupakan masa emas mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan perkembangan apapun bentuknya, deteksi yang di lakukan sedini mungkin mungkin merupakan kunci penting keberhasilan program intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi (Fadhli Aulia, 2010).
Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar (Wong 2000).
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati “ ( The progresive and continous change in the organism from birth to death ).
Perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain (Behrman, 2000).
Gangguan perkembangan di masa anak-anak berpotensi terjadi pada usia 0 – 12 tahun. Pada dasarnya,tiap – tiap tahap perkembangan memiliki potensi gangguan perkembangan yang berbeda – beda tergantung pada fase perkembangan yang dialami di setiap usia anak, pada usia bayi gangguan yang potensial terjadi adalah perkembangan berbahasa, masalah terkait pertumbuhan fisik. Pada usia sekolah dimana aktifitas anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik (Fadhli Aulia, 2010).
Gangguan lain yang banyak muncul pada masa anak antara lain gangguan bicara, keterlambatan mental, autis, lambat belajar, gangguan pemusatan perhatian attention deficit dissorder.
Pengetahuan ibu – ibu yang datang berkunjung ke posyandu Desa Massamaturu yang lebih cenderung memahami pertumbuhan dari pada perkembangan anak balita, mengakibatkan ibu kurang mampu mendeteksi apabila terjadi gangguan perkembangan pada balitanya.
Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik anak usia balita di posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan ibu tentang pengertian perkembangan balita di posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011?
2. Bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus balita di Posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011?
3. Bagaimana pengetahuan ibu tentang tahap-tahap perkembangan motorik balita di Posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita di posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita.
b. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus balita.
c. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang tahap - tahap perkembangan motorik anak balita
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui jenjang pendidikan, sebagai masukan informasi di institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar.
2. Institusi tempat penelitian
Diharapkan sebagai bahan masukan bagi instansi terkait untuk meningkatkan pelayanan dan penyuluhan kesehatan khususnya pada masalah yang berkaitan dengan perkembangan motorik anak balita.
3. Peneliti
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya perkembangan motorik anak balita.
Download KTI
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita, kesehatan wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi yang dihadapinya selama kehamilan dibandingkan dengan pria. Oleh karena itu kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual sangat diperlukan oleh seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak (Kusmiati Y, Dkk, 2008).
Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses somatik, tetapi juga mengalami implikasi psikologik yang mendalam dan membekas. Perkembangan proses somatik banyak ditentukan oleh keadaan anatomi dan fisiologi, sedangkan sifat – sifat pengalaman fisiologik sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu baik terhadap kondisi dirinya sendiri, terhadap anak yang dikandungnya, terhadap suaminya, dan juga terhadap lingkungan sekitarnya (Nengah S, 2008).
Kehamilan dan persalinan adalah salah satu rantai kejadian dalam perkembangan manusia dari lahir sampai mati. Setiap perubahan –perubahan kehidupan merupakan stressor pada kehidupan. Pada sebagian wanita, kehamilan dan persalinan merupakan stressor yang minimal dan sebagian besar merupakan saat yang membahagiakan dalam kehidupan. Kemampuan dalam menghadapi keadaan tersebut tergantung pada usia, pendidikan, maturitas, kepribadian, pengalaman kehamilan, persalinan sebelumnya dan keadaan sosial ekonomi (Bobak dkk, 2006).
Banyak aktifitas orang tua yang dilakukan untuk menyambut kelahiran. Bagi ibu dalam menghadapi persalinan ini ada kecemasan yang terjadi terhadap rasa tidak nyaman yang dirasakannya, namun rasa cemas tersebut kadang – kadang tidak diungkapkannya, tetapi bidan harus tahu isyarat / tanda tersebut (Nengah S, 2008).
Banyak wanita yang takut terhadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum karena tidak mengerti anatomi dan proses melahirkan. Ibu perlu diberi pendidikan tentang prilaku yang benar selama melahirkan. Persiapan terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara sehat tentang nyeri, menyeimbangkan resiko dengan rasa senang dan keinginan akan hadiah akhir berupa seorang bayi yang mungil (Taylor, 2006).
Menghadapi akhir semester ketiga, seorang ibu hamil sering mengalami keluhan-keluhan seperti kesulitan bernafas dan merasakan gerakan janin lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih, sulit defikasi dan varices. Membesarnya perut ibu seiring dengan perkembangan janin dalam rahimnya akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengurus anak-anak yang lain dan melaksanakan pekerjaan rutin. Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira. Di lain pihak ada yang menyambutnya dengan kecemasan, ketakutan dan kesedihan. Dalam kondisi ini, kehamilan merupakan periode yang penuh dengan tekanan emosional bagi beberapa wanita (Prayuda, 2008).
Sejalan dengan hal tersebut, paradigma masyarakat tentang persalinan yang masih menganggap bahwa persalinan merupakan pertaruhan antara hidup dan mati, sehingga wanita yang menjalani proses persalinan mengalami ketakutan – ketakutan akan terjadi sesuatu dalam persalinannya, khususnya takut mati, baik bagi dirinya maupun bagi bayinya yang akan dilahirkan (Nengah S, 2008).
Seiring dengan cerita tersebut banyak calon ibu muda yang menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas berdasarkan cerita dan pengalaman para wanita yang telah terlebih dahulu menjalani proses persalinan tersebut. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa wanita – wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil akan berdampak buruk dalam proses persalinan dan lebih banyak mengalami persalinan abnormal (Harmawati, 2008).
Kecemasan adalah hal yang wajar, kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan fsikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat dipengaruhi oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah menjalani kehamilan dengan kasus khusus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga akan mengalami kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat kecemasan mempunyai dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi dan penyakit pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan (Kusmiati Y. Dkk, 2008).
Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu terjadi akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan) dan terjadi di negara – negara berkembang, sehingga ibu – ibu hamil sering merasa cemas dan tegang. Penelitian yang dilakukan oleh Prayuda A.L (2008) menyebutkan bahwa ada sekitar 52,5 % ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama berada pada kategori kecemasan, peneliti lain juga menyebutkan kejadian kecemasan ibu hamil pada trimester III dalam menghadapi persalinan dan kelahiran anak pertama yaitu sebesar 15,4 % (Prayuda A.L, 2008).
Data dari seksi pelayanan khusus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan RS Jiwa Bandung, RS Jiwa Cimahi dan bagian psikiatri FKUI / RSHS dalam survey kesehatan jiwa pada ibu hamil di 112 Puskesmas di 24 kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, dengan hasil penelitian menunjukan ada sebanyak 798 orang atau 21 % dari 2.928 ibu hamil menunjukan tanda gangguan psikiatri berupa kecemasan atau ansietas (Harmawati, 2008). Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah suatu keadaaan yang ditandai rasa khawatir dan dapat mempengaruhi proses persalinan. Kecemasan dapat terjadi oleh banyak faktor utama. Kurangnya pengetahuan seseorang sehingga berpengaruh pada ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan. Kecemasan yang dialami ibu hamil dalam menghadapi persalinan akan membawa dampak baik pada ibu,janin,maupun proses kelancaran persalinan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Taretta tahun 2010 tercatat ibu hamil yang berkunjung sebanyak 183 orang, 61 orang (33,33%) ibu hamil trimester I, 65 orang (35,52%) ibu hamil trimester II dan sekitar 57 orang atau 31,15% dengan usia kehamilan trimester III. Dari data yang didapatkan masih banyak ibu hamil yang mengalami kecemasan, sehingga penulis tertarik meneliti tentang ”Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2011”
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dan mengacu pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gejala - gejala kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2011?
4. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang macam - macam kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
5. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
6. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang penanggulangan kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali kabupaten Bone tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian kecemasan dalam menghadapi persalinan.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamilI tentang gejala–gejala kecemasan dalam menghadapi persalinan.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang macam –
macam kecemasan dalam menghadapi persalinan.
e. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan
f. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang penanggulangan kecemasan dalam menghadapi persalinan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan pengetahuan pembaca tentang kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan dan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat bagi tempat penelitian
Sebagai salah satu bahan masukan dan sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksana program baik di dinas kesehatan maupun Puskesmas dan Pustu dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam upaya pencegahan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga dalam rangka meningkatkan dan menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode penelitian dan pengetahuan ibu hamil tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan.
Download KTI
Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Air Susu Ibu di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
World Health Organisation (WHO) membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocentil. Deklarasi yang dilahirkan di Innocentil Italia tahun 1990 yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian air susu ibu (ASI). Deklarasi ini juga ditanda tangani Indonesia yang memuat hal sebagai berikut : “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan“ (Depkes RI, 2001).
Manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai tingkat perkembangannya. Pengetahuan atau ilmu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dimiliki manusia termasuk ibu karena beliau adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.Kondisi dari ibu dalam keluarga merupakan penentu kualitas manusia karena di masyarakat adalah penggerak dan pelopor yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan keluarga.Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan ibu yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat dibutuhkan (Eko, 2009).
Indonesia merupakan negara berkembang dan sekaligus sebagai anggota ASEAN yang mempunyai angka kematian bayi (AKB) yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Dengan demikian merupakan tantangan besar bagi upaya peningkatan sumber daya manusia.Salah satu penyebab kematian bayi adalah penyakit diare pada bayi yang ditimbulkan dari pemberian susu formula secara dini. Salah satu usaha untuk menurunkan kematian bayi adalah dengan peningkatan pemanfaatan ASI (Depkes RI, 2002) ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi dan balita serta mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu sapi.ASI sangat menguntungkan bagi bayi maupun ibu dilihat dari segi gizi, ekonomi, kesehatan maupun sosial (Hanifa, 2002).
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan dari sejumlah ibu-ibu yang tidak menyusui anaknya sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu menyusui selama 2 tahun. Ini dikarenakan mereka mempunyai berbagai alasan,antara lain adalah khawatir mengurang kecantikannya, sibuk bekerja,terpengaruh dengan iklan dalam penggunaan susu pengganti ASI (PASI), sehingga bayi dan balita mendapatkan susu formula yang zat-zat gizinya tidak sebaik ASI. Akibatnya daya tahan tubuh anak kurang, sehingga bayi mudah terkena infeksi termasuk diare akut yang dapat menjadi kronik dan berakibat pada kematian (Depkes RI, 2001).
Penggunaan ASI perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Pelestarian ASI dilakukan dengan menyusui bayi sampai 2 tahun. Sampai saat ini belum banyak informasi yang menggambarkan dan menganalisa penyebab rendahnya pemberian ASI. Oleh karena itu rendahnya pemberian ASI oleh para ibu masih perlu dipelajari terutama yang berhubungan dengan pengetahuan.Para ibu memberikan ASI nya sampai berumur 6 bulan untuk ASI eksklusif dan umur 2 tahun sampai batas penyapihan (Depkes RI, 2002).
Kegiatan peningkatan pemberian ASI pada ibu yang menyusui di Puskesmas Buludoang sudah dilaksanakan. Beberapa tenaga bidan dan petugas kesehatan diwilayah setempat secara khusus melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI bagi bayi dan ibu. Walaupun sudah dilakukan penyuluhan masih ada yang melakukan penyapihan terlalu dini contohnya bayi belum berumur 1 tahun sudah diberikan susu formula dikarenakan sebagian warga melakukan aktivitas sehari harinya diluar rumah misalnya menjadi pekerja disawah, kantoran ataupun lainnya,sehingga dalam memberikan ASI tidak sampai 2 tahun.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman atau penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan jauh lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Faktor pengetahuan ibu sangat mempengaruhi dalam memberikan ASI pada bayinya. Dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai kebiasaan tertentu yang dipengaruhi oleh kepercayaan atau menurutnya itu benar. Penyapihan terlalu dini pada bayi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang ada. Anggapan para ibu bahwa melakukan penyapihan terlalu dini pada bayi dipengaruhi oleh pemberian susu formula yang dianggap mempunyai nilai gizi tinggi dibandingkan dengan ASI. (Ramaalah, 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang jenis-jenis ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kandungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang keuntungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang lama pemberian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
- Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendamping ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang air susu ibu di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang jenis-jenis ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
c. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kandungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
e. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang keuntungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
f. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang lama pemberian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
g. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendamping ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan Akademi Muhammadiyah Makassar.
2. Bagi Tempat Penelitian
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka peningkatan pelayanan KIA dan menggalakkan program peningkatan pemberian ASI.
3. Bagi Peneliti
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peneliti khususnya tentang ASI.
Download KTI
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pendamping Saat Persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis serta peristiwa alamiah yang sangat dinantikan oleh ibu dan keluarga selama sembilan bulan. Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya kompikasi serta bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin (Saifuddin A.B, 2004).
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya dengan memperhatikan asuhan sayang ibu. Prinsip asuhan sayang ibu antara lain saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan serta didampingi oleh suami selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, merasa aman serta dapat mengurangi persalinan dengan tindakan (Depkes RI, 2008).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa calon ibu yang persalinannya didampingi oleh suami lebih jarang mengalami depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak didampingi. Penelitian lain terhadap 200 ibu melahirkan di rumah sakit yang berada di 5 kota besar di Indonesia, diperoleh fakta sekitar 86,2% menyatakan perasaan senang dan bahagia karena selama proses persalinan didampingi oleh suami dan sisanya merasa senang bila didampingi keluarga khususnya ibu kandung (Aswiningrum, 2010).
Di Indonesia, tidak semua Rumah Sakit mengizinkan suami atau anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang bersalin. Hampir seluruh persalinan berlangsung tanpa didampingi oleh suami atau anggota keluarga lainnya. Pendamping persalinan hanya dapat dihadirkan jika ibu melahirkan di beberapa Rumah Sakit Swasta, rumah Dokter Praktik Swasta atau Bidan Praktik Swasta (Fani Kristiani, 2010).
Pengetahuan atau kognitif ibu hamil merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, ibu hamil perlu dikaji pengetahuannya sehingga dapat menanamkan rasa kognitif sebagai penalaran tindakan, sehingga mampu membuat keputusan tentang siapa yang akan mendampingi ibu pada saat persalinan (Notoatmodjo, 2005).
RSIA Siti Fatimah Makassar merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan di Kota Makassar yang telah melakukan pendampingan persalinan, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada tahun 2008 sebanyak 4233 orang, tahun 2009 sekitar 3877 orang dan tahun 2010 sebanyak 3833 orang.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan melakukan suatu penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pendamping Saat Persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
- Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang pengertian pendamping persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
- Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang peran pendamping persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
- Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang dukungan pendamping saat persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
- Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang manfaat pendamping saat persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
1. Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pendamping saat persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian pendamping saat persalinan.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang peran pendamping saat persalinan.
c. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dukungan pendamping saat persalinan.
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat pendamping saat persalinan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Memberikan masukan informasi di institusi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar.
2. Bagi instansi kesehatan
Memberikan masukan kepada instansi kesehatan khususnya pihak RSIA Siti Fatimah Makassar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pengetahuan ibu hamil tentang pendamping persalinan.
3. Bagi peneliti
Mendapatkan pengalaman berharga dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, menambah wawasan khususnya pengetahuan tentang pendamping saat persalinan.
Berdasarkan uraian diatas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, maka selanjutnya akan dibahas mengenai tinjauan pustaka pada bab II.
Download KTI
Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Masa Pubertas di SMPN 13 Makassar April 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli psikologi perkembangan berusaha mempermudah menjelaskan perkembangan yang berkesinambungan dengan membagi perkembangan itu dalam tahap-tahap. Setiap tahap menunjukkan kekhasannya, ke dalam kurun waktu tertentu (Rumini, 2004).
Perjalanan hidup manusia oleh para pakar psikologi dibagi dalam beberapa tahapan kehidupan, yaitu masa prekelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. (Irianto, 2010).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10 sampai 19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2008).
Masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode rentang kehidupan manusia yang mengalami pertumbuhan sangat pesat, terutama pada pertumbuhan fisik. Seperti yang dikatakan oleh Dumbar (1958), bahwa masa pubertas adalah periode terjadi banyak perubahan, seperti perubahan bentuk tubuh, penampilan diri, kepemilikan, sikap, dan minat seks. Dampak buruk dari perubahan yang begitu pesat ini adalah sikap keraguan, perasaan tidak mampu, dan tidak aman. Masa pubertas dianggap sebagai fase negatif, karena biasanya anak-anak pubertas selalu mengambil sikap anti dan kehilangan sifat baiknya. Mereka selalu bertentangan dengan orang dewasa dan bahkan cenderung berperilaku agresi. Fase negatif pada seorang pubertas akan berakhir seiring dengan fungsi seksualitasnya semakin matang (Pieter, 2010).
Pada remaja perempuan, pubertas dimulai pada usia antar sampai 14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Pada remaja laki-laki, pubertas dimulai pada usia antara 9 sampai 16 tahun dan berakhir pada usia 18 atau 19 tahun (Muscari, 2005)
Batasan usia pubertas bagi laki-laki sekitar 10 sampai 11 tahun dan wanita 9 sampai 10 tahun. Selama masa puber ukuran tubuh semakin tinggi. Bagi pubertas perempuan, tinggi badan terus bertambah tiap tahun terutama menjelang memasuki periode haid. Bagi pubertas pria, tinggi badan terjadi setahun awal pubertas dan mengalami penurunan usia 20 sampai 21 tahun (Santrock, 2007).
Faktor penyebab perubahan pubertas adalah pengeluaran hormon seks yang meningkat sehingga terjadi kematangan struktur dan fungsi organ seks. Semua perubahan ini bersumber dari kelenjar pituitary pada dasar otak, di mana pembentukannya bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks. Gonad pubertas pria adalah testis, sedangkan gonad bagi pubertas wanita adalah indung telur (Pieter, 2010).
Tiga tanda kematangan seksual yang paling menyolok pada remaja laki-laki adalah perpanjangan penis, perkembangan testis, dan tumbuhnya rambut di wajah. Sedangkan dua aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah tumbuhnya rambut kemaluan dan berkembangnya payudara (Santrock, 2007)
Terjadinya perubahan besar umumnya membingungkan remaja dalam kehidupannya. Salah satu tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat (Widyastuti, 2008).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman atau penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan jauh lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, S. 2003).
Kurangnya pengetahuan remaja tentang perubahan dan perkembangan yang terjadi khususnya kematangan seksual pada masa pubertas, maka bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab, tidak mampu menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, dan tidak menerima kenyataan jasmaniah sehingga tidak menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka pendidikan seks seharusnya merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ruang lingkup pendidikan seks masa pubertas yang dapat diberikan kepada peserta didik, antara lain perkembangan pria dan wanita secara fisik dan psikis, perilaku seksual, dan kesehatan seksual pada masa pubertas. Dengan demikian pendidikan ini bukanlah pendidikan tentang bagaimana melakukan hubungan seks, atau tentang hubungan seks yang aman, tapi intinya merupakan upaya preventif dalam kerangka moralitas agama (Irianto, 2010).
Berdasarkan prasurvei yang telah dilakukan, didapatkan jumlah siswa di SMP Negeri 13 Makassar tahun 2009 sebanyak 827 siswa, tahun 2010 sebanyak 831 siswa, dan tahun 2011 sebanyak 839 siswa. Dengan rata-rata siswa berusia 12 sampai 16 tahun yang termasuk kedalam kategori remaja. Alasan meneliti di SMP karena rata-rata puncak masa pubertas terjadi pada usia 12-16 tahun, dimana pada usia ini remaja duduk di bangku SMP.
Sehubungan hal tersebut di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Masa Pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang pengertian masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang ciri-ciri masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang penyebab masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang dampak masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
- Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang tahap masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan siswa tentang masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang pengertian masa pubertas.
b. Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang ciri-ciri masa pubertas.
c. Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang penyebab masa pubertas.
d. Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang dampak masa pubertas.
e. Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang tahapan masa pubertas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan informasi dan bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi institusi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar tentang masa pubertas.
2. Manfaat Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan siswa tentang pubertas, sehingga pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai masa pubertas dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Mengembangkan ilmu pengetahuan, menambah wawasan khususnya tentang masa pubertas.
Download KTI
Langganan:
Postingan (Atom)