Sabtu, 06 Agustus 2011

Gambaran Pengetahuan Kader tentang Desa Siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

    Sesuai dengan Undang-Undang  Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang  hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Sulystiorini, 2010).

    Untuk mencapai hal ini maka  pemerintah melalui Departemen Kesehatan menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu “Indonesia sehat 2010-2015 yang ingin dicapai adalah masyarakat yang mandiri dan berkeadilan”. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemeratan sumber daya kesehatan, serta menciptakan tata kelolah pemerintahan yang baik (Depkes RI, 2010).

    Melalui misi ini dicanangkan bahwa pada masa depan, rakyat Indonesia dapat mandiri, sadar, mau dan mampu  mencegah serta mengatasi  ancaman kesehatan seperti  kurang gizi, penyakit menular, penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong-royong (Depkes RI, 2008).

    Sebagai suatu strategi Departemen Kesehatan  maka desa siaga merupakan upaya untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap monitoring dan informasi kesehatan dan meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes RI, 2009).

    Desa siaga adalah desa, negeri, atau wilayah sejenis yang penduduknya memiliki kesiapan daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan  mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Depkes RI, 2008).

    Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu hidup sehat. Untuk menuju desa siaga perlu sinergitas dengan upaya-upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang sudah ada seperti Posyandu, Polindes, pos obat desa, dana sehat, siap antar jaga kesehatan ibu dan anak (Siaga KIA) dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan desa siaga. Pengembangan desa siaga merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan (Depkes RI, 2009).

    Kinerja kader dalam penampilan hasil kerja personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Kinerja pada desa siaga dapat dihubungkan dengan beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan serta pengalaman dari personal masing-masing (Anwar, 2003).

    Pengembangan desa siaga ini diharapkan dapat meningkatkan indikator  derajat kesehatan yang cenderung menurun sebagai akibat kompleksnya persoalan dalam bidang kesehatan terutama indikator kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Oleh karenanya maka pada  tanggal 16 Desember 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan dikembangkannya desa siaga di seluruh Indonesia di Lumajang Jawa Timur menandai puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN)    ke-42. Diharapkan program ini dilaksanakan oleh semua pemerintah di daerah Indonesia sehingga bisa tercapai target 70.000 desa siaga pada akhir 2008 di seluruh Indonesia (Widyasati, 2008).

    Untuk mencapai keberhasilan program Desa Siaga tersebut mutlak diperlukan peran serta aktif dari masyarakat terutama kader kesehatan, karena inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Zulkifli, 2010).

Untuk menindak lanjuti program ini maka pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan telah mencanangkan program desa siaga ini sejak 2008 dan untuk Wilayah Makassar (Depkes, RI 2009).

    Dalam melakukan pengolahan desa siaga, ada kader yang turut serta membantu dalam pengolahan desa siaga ini. Kader adalah masyarakat yang terpilih yang dapat membantu kinerja dari bidan desa dalm menjalankan kegiatan dari desa siaga untuk mencapai tujuan dari desa siaga yang ingin dicapai.
    Dalam membangun desa siaga yang pruduktif diperlukan adanya kader. Kader adalah masyarakat yang dipilih pemerintah pada suatu desa untuk membantu kerja bidan dalam menjalankan tugas-tugas dari bidan serta menjalankan program-program pemerintahan (Zulkifli, 2010).

    Untuk mengevaluasi program desa siaga ini maka Dinas Kesehatan Makassar lalu menyusun ulang perencanaan sesuai edaran dan petujuk dari Propinsi dengan memindahkan leading program desa siaga pada seksi Promosi Kesehatan namun tetap kerja sama dengan KIA. Tindak  lanjutnya  di Kelurahan Masale lalu dibentuk desa siaga  pada 4 desa/ kelurahan (Depkes RI, 2009).

    Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul  ”Gambaran Pengetahuan Kader tentang Desa Siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011”

B.    Rumusan Masalah
    Berdasarkan  uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.    Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang pengertian desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
2.    Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang tujuan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
3.    Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang kegiatan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?
4.    Bagaimana gambaran pengetahuan kader tentang pembiayaan desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011 ?

C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
    Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang desa siaga di Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Makassar 2011.
2.    Tujuan Khusus
a.    Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang pengertian  desa siaga.
b.    Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang tujuan desa siaga.
c.    Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang kegiatan  desa siaga.
d.    Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang pembiayaan  desa siaga.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Institusi Pendidikan
    Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi institusi dalam pengembangan proses belajar mengajar.
2.    Institusi Tempat Penelitian
a.    Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang Kota Makassar.
b.    Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan.
3.    Penulis
Merupakan pengalaman yang bermanfaat dan memperluas pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan untuk penulisan Proposal Penelitian.

Download KTI

»»  Lihat Selengkapnya...

Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Motorik Anak Usia Balita di Posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April 2011

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Indonesia  masih  memiliki  angka  kematian  bayi  dan  balita yang cukup tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular, terutama pneumonia, malaria dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (Hidayat  A.A, 2010).

Masa  anak  merupakan  dasar  pembentukan fisik dan kepribadian  pada  masa  berikutnya. Dengan  kata  lain masa  anak – anak merupakan masa emas mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan  zaman  sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan  perkembangan  apapun  bentuknya, deteksi  yang di lakukan sedini mungkin mungkin merupakan kunci penting keberhasilan program intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi (Fadhli Aulia, 2010).

Perkembangan  merupakan bertambah  sempurnanya  fungsi alat tubuh yang  dapat dicapai melalui    tumbuh    kematangan     belajar  (Wong 2000).

Perkembangan  dapat  diartikan  sebagai  “perubahan  yang progresif   dan   kontinyu   (berkesinambungan) dalam  diri  individu  dari  mulai  lahir  sampai  mati “  ( The   progresive   and   continous   change   in  the  organism  from  birth  to  death ).       

Perkembangan  intelektual  anak  dapat  dilihat  dari  kemampuan  secara  simbolik  maupun  abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain (Behrman, 2000).

Gangguan  perkembangan  di masa  anak-anak  berpotensi  terjadi  pada usia  0 – 12 tahun. Pada dasarnya,tiap – tiap  tahap  perkembangan  memiliki  potensi  gangguan  perkembangan  yang  berbeda – beda  tergantung   pada   fase   perkembangan    yang    dialami     di   setiap    usia  anak, pada  usia  bayi  gangguan  yang  potensial  terjadi  adalah  perkembangan berbahasa, masalah  terkait  pertumbuhan  fisik. Pada  usia  sekolah  dimana  aktifitas  anak  mencapai  puncaknya, sangat tinggi  kemungkinan  terjadinya  kelelahan  atau  kecelakaan  yang  dapat  menimbulkan  gangguan  perkembangan  motorik (Fadhli Aulia, 2010).

Gangguan  lain  yang  banyak  muncul  pada  masa  anak  antara  lain  gangguan  bicara, keterlambatan  mental, autis, lambat  belajar, gangguan  pemusatan  perhatian attention  deficit  dissorder.   

Pengetahuan  ibu – ibu  yang datang  berkunjung  ke  posyandu  Desa   Massamaturu  yang  lebih  cenderung  memahami  pertumbuhan  dari   pada   perkembangan anak balita, mengakibatkan  ibu  kurang  mampu  mendeteksi  apabila  terjadi  gangguan  perkembangan  pada   balitanya.                    
                
Hal  inilah  yang  mendasari  peneliti  untuk  melakukan  penelitian  pengetahuan  ibu tentang  perkembangan  motorik  anak  usia  balita di posyandu Desa  Massamaturu  Kab. Takalar April  2011.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan  uraian  dalam  latar  belakang  maka   dapat  dirumuskan  masalah  penelitian  yaitu:
1.    Bagaimana  pengetahuan ibu  tentang pengertian perkembangan  balita di posyandu Desa Massamaturu Kab. Takalar April  2011?
2.    Bagaimana  pengetahuan  ibu  tentang  perkembangan motorik  kasar dan perkembangan  motorik  halus balita  di  Posyandu  Desa  Massamaturu    Kab.  Takalar   April  2011?
3.    Bagaimana  pengetahuan  ibu  tentang tahap-tahap  perkembangan  motorik   balita  di Posyandu  Desa  Massamaturu  Kab. Takalar  April  2011?

C.    Tujuan  Penelitian
1.    Tujuan  Umum
    Memperoleh  gambaran  pengetahuan  ibu  tentang  perkembangan  motorik   balita  di  posyandu  Desa  Massamaturu  Kab.  Takalar  April  2011.


 2. Tujuan  Khusus
a.    Diketahuinya  pengetahuan  ibu  tentang  perkembangan  motorik    balita.
b.    Diketahuinya  pengetahuan  ibu  tentang  perkembangan  motorik  kasar  dan  perkembangan  motorik  halus  balita.
c.    Diketahuinya pengetahuan  ibu  tentang tahap - tahap  perkembangan  motorik  anak  balita

D.    Manfaat  Penelitian

1.    Institusi  Pendidikan
Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan  melalui  jenjang  pendidikan, sebagai  masukan  informasi              di  institusi  Pendidikan  Akademi  Kebidanan  Muhammadiyah  Makassar.
2.  Institusi  tempat  penelitian
Diharapkan  sebagai  bahan  masukan  bagi  instansi  terkait  untuk  meningkatkan  pelayanan  dan  penyuluhan  kesehatan  khususnya  pada  masalah  yang  berkaitan  dengan  perkembangan  motorik  anak  balita.
3.    Peneliti
Mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  menambah  wawasan  khususnya  perkembangan  motorik  anak  balita. 

Download KTI

»»  Lihat Selengkapnya...

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita, kesehatan wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi yang dihadapinya selama kehamilan dibandingkan dengan pria. Oleh karena itu kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual sangat diperlukan oleh seseorang  yang  berkeinginan  untuk  mempunyai  anak (Kusmiati Y, Dkk, 2008).

Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses somatik, tetapi juga mengalami implikasi psikologik yang mendalam dan membekas. Perkembangan proses somatik banyak ditentukan oleh keadaan anatomi dan fisiologi, sedangkan sifat – sifat pengalaman fisiologik sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu baik terhadap kondisi dirinya sendiri, terhadap anak yang dikandungnya, terhadap  suaminya,  dan  juga  terhadap lingkungan sekitarnya (Nengah S, 2008).

Kehamilan dan persalinan adalah salah satu rantai kejadian dalam perkembangan manusia dari lahir sampai mati. Setiap perubahan –perubahan kehidupan merupakan stressor pada kehidupan. Pada sebagian wanita, kehamilan dan persalinan merupakan stressor yang minimal dan sebagian besar merupakan saat yang membahagiakan dalam kehidupan. Kemampuan dalam menghadapi keadaan tersebut tergantung pada usia, pendidikan, maturitas, kepribadian, pengalaman kehamilan, persalinan sebelumnya dan keadaan sosial ekonomi (Bobak dkk, 2006).

Banyak aktifitas orang tua yang dilakukan untuk menyambut kelahiran. Bagi ibu dalam menghadapi persalinan ini ada kecemasan yang terjadi terhadap rasa tidak nyaman yang dirasakannya, namun rasa cemas tersebut kadang – kadang tidak diungkapkannya, tetapi bidan harus tahu isyarat / tanda tersebut (Nengah S, 2008).

Banyak wanita yang takut terhadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum karena tidak mengerti anatomi dan proses melahirkan. Ibu perlu diberi pendidikan tentang prilaku yang benar selama melahirkan. Persiapan terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara sehat tentang nyeri, menyeimbangkan resiko dengan rasa senang dan keinginan akan hadiah akhir berupa seorang bayi yang mungil (Taylor, 2006).

Menghadapi akhir semester ketiga, seorang ibu hamil sering  mengalami keluhan-keluhan seperti kesulitan bernafas dan merasakan gerakan janin lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih, sulit defikasi dan varices. Membesarnya perut ibu seiring dengan perkembangan janin dalam rahimnya akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengurus anak-anak yang lain dan melaksanakan pekerjaan rutin.  Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira. Di lain pihak ada yang menyambutnya dengan kecemasan, ketakutan dan kesedihan. Dalam kondisi ini, kehamilan merupakan periode yang penuh dengan tekanan emosional bagi beberapa wanita (Prayuda, 2008).

Sejalan dengan hal tersebut, paradigma masyarakat tentang persalinan yang masih menganggap bahwa persalinan merupakan pertaruhan antara hidup dan mati, sehingga wanita yang menjalani proses persalinan mengalami ketakutan – ketakutan akan terjadi sesuatu dalam persalinannya, khususnya takut mati, baik bagi dirinya maupun bagi bayinya yang akan dilahirkan (Nengah S, 2008).
Seiring dengan cerita tersebut banyak calon ibu muda yang menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas berdasarkan cerita dan pengalaman para wanita yang telah terlebih dahulu menjalani proses persalinan tersebut. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa wanita – wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil akan berdampak buruk dalam proses persalinan dan lebih banyak mengalami persalinan abnormal (Harmawati, 2008).

Kecemasan adalah hal yang wajar, kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan fsikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat dipengaruhi oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah menjalani kehamilan dengan kasus khusus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga akan mengalami kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat kecemasan mempunyai dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi dan penyakit pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan (Kusmiati Y. Dkk, 2008).

Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu terjadi akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan) dan terjadi di negara – negara berkembang, sehingga ibu – ibu hamil sering merasa cemas dan tegang. Penelitian yang dilakukan oleh Prayuda A.L (2008) menyebutkan bahwa ada sekitar 52,5 % ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama berada pada kategori kecemasan, peneliti lain juga menyebutkan kejadian kecemasan ibu hamil pada trimester III dalam menghadapi persalinan dan kelahiran anak pertama  yaitu sebesar 15,4 % (Prayuda A.L, 2008).
Data dari seksi pelayanan khusus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan RS Jiwa Bandung, RS Jiwa Cimahi dan bagian psikiatri  FKUI / RSHS  dalam   survey  kesehatan   jiwa  pada  ibu   hamil di 112 Puskesmas di 24 kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, dengan   hasil    penelitian    menunjukan    ada   sebanyak   798   orang atau  21 %  dari   2.928  ibu  hamil  menunjukan  tanda  gangguan  psikiatri berupa kecemasan atau ansietas (Harmawati, 2008).

Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah suatu keadaaan yang ditandai rasa khawatir dan dapat mempengaruhi proses persalinan. Kecemasan dapat terjadi oleh banyak faktor utama. Kurangnya pengetahuan seseorang sehingga berpengaruh pada ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan. Kecemasan yang dialami ibu hamil dalam  menghadapi persalinan akan membawa dampak baik pada ibu,janin,maupun proses kelancaran persalinan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Taretta tahun 2010 tercatat ibu hamil yang berkunjung sebanyak 183 orang, 61 orang (33,33%)  ibu hamil trimester I, 65 orang (35,52%) ibu hamil trimester II dan sekitar  57 orang atau 31,15% dengan usia kehamilan trimester III. Dari data yang didapatkan masih banyak ibu hamil yang mengalami kecemasan, sehingga penulis tertarik meneliti tentang ”Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun 2011” 

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dan mengacu pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1.    Bagaimana   gambaran   pengetahuan   ibu  hamil  tentang  pengertian kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
2.    Bagaimana   gambaran   pengetahuan   ibu  hamil  tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
3.    Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gejala - gejala kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone Tahun  2011?
4.    Bagaimana   gambaran   pengetahuan   ibu  hamil  tentang  macam - macam kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
5.    Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang  faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?
6.    Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang  penanggulangan kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali Kabupaten Bone tahun 2011?


C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Taretta Kecamatan Amali kabupaten Bone tahun 2011.
2.    Tujuan Khusus
a.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian kecemasan dalam menghadapi persalinan.
b.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tingkat  kecemasan dalam menghadapi persalinan.
c.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamilI tentang gejala–gejala kecemasan dalam menghadapi persalinan.
d.    Diketahuinya  gambaran  pengetahuan  ibu  hamil  tentang  macam –
macam kecemasan dalam menghadapi persalinan.
e.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan
f.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang penanggulangan kecemasan dalam menghadapi persalinan.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat  ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan pengetahuan pembaca tentang kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan dan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
2.    Manfaat bagi tempat penelitian
Sebagai salah satu bahan masukan dan sumber  informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksana program baik di dinas kesehatan maupun Puskesmas dan Pustu dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam upaya pencegahan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
3.    Manfaat bagi peneliti
Sebagai   pengalaman   ilmiah  yang  berharga  dalam  rangka  meningkatkan dan menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode penelitian dan pengetahuan ibu hamil tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Download KTI

»»  Lihat Selengkapnya...

Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Air Susu Ibu di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
World Health Organisation (WHO) membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocentil. Deklarasi yang dilahirkan di Innocentil Italia tahun 1990 yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian air susu ibu (ASI). Deklarasi ini juga ditanda tangani Indonesia yang memuat hal sebagai berikut : “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan“ (Depkes RI, 2001).

Manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai tingkat perkembangannya. Pengetahuan atau ilmu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dimiliki manusia termasuk ibu karena beliau adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.Kondisi dari ibu dalam keluarga merupakan penentu kualitas manusia karena di masyarakat adalah penggerak dan pelopor yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan keluarga.Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan ibu yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat dibutuhkan (Eko, 2009).

Indonesia merupakan negara berkembang dan sekaligus sebagai anggota ASEAN yang mempunyai angka kematian bayi (AKB) yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Dengan demikian merupakan tantangan besar bagi upaya peningkatan sumber daya manusia.Salah satu penyebab kematian bayi adalah penyakit diare pada bayi yang ditimbulkan dari pemberian susu formula secara dini. Salah satu usaha untuk menurunkan kematian bayi adalah dengan peningkatan pemanfaatan ASI (Depkes RI, 2002) ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi dan balita serta mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu sapi.ASI sangat menguntungkan bagi bayi maupun ibu dilihat dari segi gizi, ekonomi, kesehatan maupun sosial (Hanifa, 2002).

Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan dari sejumlah ibu-ibu yang tidak menyusui anaknya sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu menyusui selama 2 tahun. Ini dikarenakan mereka mempunyai berbagai alasan,antara lain adalah khawatir mengurang kecantikannya, sibuk bekerja,terpengaruh dengan iklan dalam penggunaan susu pengganti ASI (PASI), sehingga bayi dan balita mendapatkan susu formula yang zat-zat gizinya tidak sebaik ASI. Akibatnya daya tahan tubuh anak kurang, sehingga bayi mudah terkena infeksi termasuk diare akut yang dapat menjadi kronik dan berakibat pada kematian (Depkes RI, 2001).

Penggunaan ASI perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Pelestarian ASI dilakukan dengan menyusui bayi sampai 2 tahun. Sampai saat ini belum banyak informasi yang menggambarkan dan menganalisa penyebab rendahnya pemberian ASI. Oleh karena itu rendahnya pemberian ASI oleh para ibu masih perlu dipelajari terutama yang berhubungan dengan pengetahuan.Para ibu memberikan ASI nya sampai berumur 6 bulan untuk ASI eksklusif dan umur 2 tahun sampai batas penyapihan (Depkes RI, 2002).

Kegiatan peningkatan pemberian ASI pada ibu yang menyusui di Puskesmas Buludoang sudah dilaksanakan. Beberapa tenaga bidan dan petugas kesehatan diwilayah setempat secara khusus melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI bagi bayi dan ibu. Walaupun sudah dilakukan penyuluhan masih ada yang melakukan penyapihan terlalu dini contohnya bayi belum berumur 1 tahun sudah diberikan susu formula dikarenakan sebagian warga melakukan aktivitas sehari harinya diluar rumah misalnya menjadi pekerja disawah, kantoran ataupun lainnya,sehingga dalam memberikan ASI tidak sampai 2 tahun.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman atau penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan jauh lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Faktor pengetahuan ibu sangat mempengaruhi dalam memberikan ASI pada bayinya. Dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai kebiasaan tertentu yang dipengaruhi oleh kepercayaan atau menurutnya itu benar. Penyapihan terlalu dini pada bayi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang ada. Anggapan para ibu bahwa melakukan penyapihan terlalu dini pada bayi dipengaruhi oleh pemberian susu formula yang dianggap mempunyai nilai gizi tinggi dibandingkan dengan ASI. (Ramaalah, 2007).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang air susu ibu di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat                   Kabupaten Jeneponto 2011.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
  1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang jenis-jenis ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kandungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  4. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  5. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang keuntungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  6. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang lama pemberian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?
  7. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendamping ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011?

C.    Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang air susu ibu di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.

2.    Tujuan Khusus
a.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
b.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang             jenis-jenis ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
c.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang kandungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
d.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
e.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang keuntungan ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
f.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang lama pemberian ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto 2011.
g.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang    faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendamping ASI di Puskesmas Buludoang Kecamatan Bangkala Barat            Kabupaten Jeneponto 2011.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan Akademi Muhammadiyah Makassar.
2.    Bagi Tempat Penelitian
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka peningkatan pelayanan KIA dan menggalakkan program peningkatan pemberian ASI.
3.    Bagi Peneliti
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peneliti khususnya tentang ASI.

Download KTI

»»  Lihat Selengkapnya...

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pendamping Saat Persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis serta peristiwa alamiah yang sangat dinantikan oleh ibu dan keluarga selama sembilan bulan. Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya kompikasi serta bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin (Saifuddin A.B, 2004).

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya dengan memperhatikan asuhan sayang ibu. Prinsip asuhan sayang ibu antara lain saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan serta didampingi oleh suami selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, merasa aman serta dapat mengurangi persalinan dengan tindakan (Depkes RI, 2008).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa calon ibu yang persalinannya didampingi oleh suami lebih jarang mengalami depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak didampingi. Penelitian lain terhadap 200 ibu melahirkan di rumah sakit yang berada di 5 kota besar di Indonesia, diperoleh fakta sekitar 86,2% menyatakan perasaan senang dan bahagia karena selama proses persalinan didampingi oleh suami dan sisanya merasa senang bila didampingi keluarga khususnya ibu kandung (Aswiningrum, 2010).

Di Indonesia, tidak semua Rumah Sakit  mengizinkan suami atau anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang bersalin. Hampir seluruh persalinan berlangsung tanpa didampingi oleh suami atau anggota keluarga lainnya. Pendamping persalinan hanya dapat dihadirkan jika ibu melahirkan di beberapa Rumah Sakit Swasta, rumah Dokter Praktik Swasta atau Bidan Praktik Swasta (Fani Kristiani, 2010).

Pengetahuan atau kognitif  ibu hamil merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, ibu hamil perlu dikaji pengetahuannya sehingga dapat menanamkan rasa kognitif sebagai penalaran tindakan, sehingga mampu membuat keputusan tentang siapa yang akan mendampingi ibu pada saat persalinan (Notoatmodjo, 2005).

RSIA Siti Fatimah Makassar merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan di Kota Makassar yang telah melakukan pendampingan persalinan, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada tahun 2008 sebanyak 4233 orang, tahun 2009         sekitar 3877 orang  dan tahun 2010 sebanyak 3833 orang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan melakukan suatu penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pendamping Saat Persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
  1. Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang pengertian pendamping persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
  2. Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang peran pendamping persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
  3. Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang dukungan  pendamping saat persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
  4. Bagaimana  pengetahuan  ibu hamil tentang  manfaat  pendamping saat  persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011?
C.    Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum
    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pendamping saat persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar Bulan April 2011.

2.    Tujuan Khusus
a.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian pendamping saat persalinan.
b.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang peran pendamping saat persalinan.
c.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dukungan pendamping saat persalinan.
d.    Diperolehnya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat pendamping saat persalinan.

D.    Manfaat Penelitian

1.    Bagi institusi pendidikan
Memberikan  masukan informasi di institusi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar.

2.    Bagi instansi kesehatan
Memberikan masukan kepada instansi kesehatan khususnya pihak RSIA Siti Fatimah Makassar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pengetahuan ibu hamil tentang pendamping persalinan.

3.    Bagi peneliti
Mendapatkan pengalaman berharga dalam rangka  mengembangkan ilmu pengetahuan, menambah wawasan khususnya pengetahuan tentang pendamping saat persalinan.
Berdasarkan uraian diatas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, maka selanjutnya akan dibahas mengenai tinjauan pustaka pada bab II.

Download KTI

»»  Lihat Selengkapnya...

Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Masa Pubertas di SMPN 13 Makassar April 2011

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Para ahli psikologi perkembangan berusaha mempermudah menjelaskan perkembangan yang berkesinambungan dengan membagi perkembangan itu dalam tahap-tahap. Setiap tahap menunjukkan kekhasannya, ke dalam kurun waktu tertentu  (Rumini, 2004).

Perjalanan hidup manusia oleh para pakar psikologi dibagi dalam beberapa tahapan kehidupan, yaitu masa prekelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. (Irianto, 2010).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yakni antara    usia 10 sampai 19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2008).


Masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode rentang kehidupan manusia yang mengalami pertumbuhan sangat pesat, terutama pada pertumbuhan fisik. Seperti yang dikatakan oleh        Dumbar (1958), bahwa masa pubertas adalah periode terjadi banyak perubahan, seperti perubahan bentuk tubuh, penampilan diri, kepemilikan, sikap, dan minat seks. Dampak buruk dari perubahan yang begitu pesat ini adalah sikap keraguan, perasaan tidak mampu, dan tidak aman. Masa pubertas dianggap sebagai fase negatif, karena biasanya anak-anak pubertas selalu mengambil sikap anti dan kehilangan sifat baiknya. Mereka selalu bertentangan dengan orang dewasa dan bahkan cenderung berperilaku agresi. Fase negatif pada seorang pubertas akan berakhir seiring dengan fungsi seksualitasnya semakin matang  (Pieter, 2010).

Pada remaja perempuan, pubertas dimulai pada usia antar sampai 14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Pada remaja laki-laki, pubertas dimulai pada usia antara 9 sampai 16 tahun dan berakhir pada usia 18 atau 19 tahun (Muscari, 2005)

Batasan usia pubertas bagi laki-laki sekitar 10 sampai 11 tahun dan wanita 9 sampai 10 tahun. Selama masa puber ukuran tubuh semakin tinggi. Bagi pubertas perempuan, tinggi badan terus bertambah tiap tahun terutama menjelang memasuki periode haid. Bagi pubertas pria, tinggi badan terjadi setahun awal pubertas dan mengalami penurunan usia 20 sampai 21 tahun  (Santrock, 2007). 

Faktor penyebab perubahan pubertas adalah pengeluaran hormon seks yang meningkat sehingga terjadi kematangan struktur dan fungsi organ seks. Semua perubahan ini bersumber dari kelenjar pituitary pada dasar otak, di mana pembentukannya bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks. Gonad pubertas pria adalah testis, sedangkan gonad bagi pubertas wanita adalah indung telur (Pieter, 2010).

Tiga tanda kematangan seksual yang paling menyolok pada remaja laki-laki adalah perpanjangan penis, perkembangan testis, dan tumbuhnya rambut di wajah. Sedangkan dua aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah tumbuhnya rambut kemaluan dan berkembangnya payudara (Santrock, 2007)

Terjadinya perubahan besar umumnya membingungkan remaja dalam kehidupannya. Salah satu tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat (Widyastuti, 2008).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman atau penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan jauh lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, S. 2003).

Kurangnya pengetahuan remaja tentang perubahan dan perkembangan yang terjadi khususnya kematangan seksual pada masa pubertas, maka bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab, tidak mampu menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, dan tidak menerima kenyataan jasmaniah sehingga tidak menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka pendidikan seks seharusnya merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ruang lingkup pendidikan seks masa pubertas yang dapat diberikan kepada peserta didik, antara lain perkembangan pria dan wanita secara fisik dan psikis, perilaku seksual, dan kesehatan seksual pada masa pubertas. Dengan demikian pendidikan ini bukanlah pendidikan tentang bagaimana melakukan hubungan seks, atau tentang hubungan seks yang aman, tapi intinya merupakan upaya preventif dalam kerangka moralitas agama (Irianto, 2010).                                                                                                                                                                                                                                                                                    
Berdasarkan prasurvei yang telah dilakukan, didapatkan jumlah siswa di SMP Negeri 13 Makassar tahun 2009 sebanyak 827 siswa,  tahun 2010 sebanyak 831 siswa, dan tahun 2011 sebanyak 839 siswa. Dengan rata-rata siswa berusia 12 sampai 16 tahun yang termasuk kedalam kategori remaja. Alasan meneliti di SMP karena rata-rata puncak masa pubertas terjadi pada usia 12-16 tahun, dimana pada usia ini remaja duduk di bangku SMP.

Sehubungan hal tersebut di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Masa Pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011”.


B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

  1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang pengertian masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April 2011 ?
  2. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang ciri-ciri masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April  2011 ?
  3. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang penyebab masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April  2011 ?
  4. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang dampak masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April  2011 ?
  5. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa tentang tahap masa pubertas di SMP Negeri 13 Makassar bulan April  2011 ?

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan siswa tentang masa pubertas  di SMP Negeri 13 Makassar bulan April  2011.

2.    Tujuan Khusus

a.    Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang pengertian masa pubertas.

b.    Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang ciri-ciri     masa  pubertas.

c.    Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang penyebab masa pubertas.

d.    Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang dampak masa pubertas.

e.    Diperolehnya gambaran pengetahuan siswa tentang tahapan masa pubertas.


D.   Manfaat Penelitian

1.    Manfaat  Bagi  Institusi Pendidikan

Sebagai masukan informasi dan bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi institusi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar  tentang masa pubertas.

2.    Manfaat Tempat Penelitian

Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan siswa tentang pubertas, sehingga pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai masa pubertas dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

3.    Manfaat Bagi Peneliti

Mengembangkan ilmu pengetahuan, menambah wawasan khususnya tentang masa pubertas.


Download KTI
»»  Lihat Selengkapnya...